TAEKWONDO berasal dari Korea Selatan. Kata Taekwondo sendiri terbagi atas 3 arti yaitu : Tae=Kaki, Kwon=Tangan, Do=Cara. Jika digabungkan mempunyai arti filosofi ilmu beladiri kebajikan untuk menolong dan menghormati sesama mahluk Tuhan melalui jasmaninya (tangan, kaki, tubuh dan akalnya) dan rohani (pengendalian diri dan hubungan dengan Tuhan) sebagai senjata beladirinya dan menaklukkan lawannya.
Taekwondo pertama kali ditemukan pada abad 37 Sebelum Masehi (SM). Hal ini dapat dilihat dari perjalanan perkembangan Taekwondo seiring dengan perkembangan budaya nenek moyang Negara Korea Selatan.
TAEKWONDO DI JAMAN DINASTI KOGURYO
Nenek moyang Bangsa Korea yang terdiri dari beberapa suku bangsa setelah jaman neolitik telah mempunyai berbagai kegiatan olahraga dalam setiap upacara keagamaan atau ritual mereka dengan tujuan untuk meningkatkan keberanian dalam berperang.
Taekwondo sendiri pertama kali ditemukan berasal dari Dinasti Koguryo yang tepat berada dalam wilayah Negara Korea Selatan pada Abad 37 SM. Hal ini dapat dibuktikan pada lukisan dinding yang ditemukan di reruntuhan makam Kerajaan Muyong Chong dan Kachu Chong yang dibangun oleh dinasti itu menunjukan permainan Taekwondo. Di dalam langit-langit makam Kerajaan Muyong Chong terdapat lukisan 2 orang yang saling berhadapan dalam permainan beladiri Taekwondo. Sementara di makam Kerajaan Kachu Chong menunjukkan 2 orang sedang adu gulat.
TAEKWONDO DALAM MASA DINASTI SILIA
Taekwondo terbukti telah berkembang hingga pada Dinasti Silia yaitu sebuah dinasti yang terdapat di sebelah Tenggara Negara Korea Selatan dengan ibukotanya dahulu bernama Kyongju. Di Kyongju terdapat 2 patung Budha di Menara raksasa Keumkang di suatu tempat bernama Sokkuram. Di tempat yang sama terdapat Candi Pulkuk Sa yang menggambarkan 2 orang raksasa berhadapan dalam posisi beladiri Taekwondo. Dalam Dinasti Silia, Taekwondo lebih dikenal dengan istilah Hwarang Do. Hwarang Do merupakan bagian yang penting dari perjuangan Silia untuk mempersatukan seluruh negeri dengan cara berperang untuk menguasai kerajaan lain.
Banyak bukti tertulis di Samguk Yusa 2 dokumen tertua mengenai sejarah Korea mengulas bahwa Hwarang Do merupakan pelajaran dasar dari ilmu Taekwondo.
TAEKWONDO PADA MASA DINASTI GOREA DAN YI
Dalam sejarah peradaban Korea Selatan, terdapat pula kerajaan pada Dinasti Gorea dan Yi dimana dalam sejarah Gorea, Taekwondo dikenal dengan istilah lain yaitu Subak. Subak dilakukan tidak hanya sebagai suatu kecakapan berolahraga saja, tetapi juga untuk menyemarakan seni berperang. Subak sangat populer di masa pemerintahan Kerajaan Uijong sekitar tahun 1147 – 1170 SM.
Di masa Dinasti Yi, Subak menjadi lebih terkenal di masyarakat, karena sebelumnya pada Dinasti Gorea dimonopoli oleh kaum militer, sehingga rakyat yang bercita-cita ingin bekerja di militer kerajaan, cenderung untuk belajar Subak sebagai salah satu tes pokok yang diajukan untuk menjadi tentara di masa itu. Dengan demikian Taekwondo atau Subak menjadi olahraga nasional yang penting dan menarik perhatian bagi lingkungan kerajaan dan masyarakat di masa itu.
PERKEMBANGAN TAEKWONDO DI JAMAN MODERN
Pada tahun 1943, setelah ilmu beladiri Judo, Karate dan Kungfu pertama masuk ke Korea dan terkenal sampai Korea merdeka tahun 1945, rakyat Korea yang tertarik dengan Taekwondo berusaha untuk menyempurnakan permainan tradisi Taekwondo menjadi suatu ilmu beladiri yang tidak kalah baiknya. Dengan ketekunan negara bersama rakyat Korea untuk mengembangkan ilmu beladiri negaranya, Taekwondo menjadi berkembang dan populer di seluruh dunia.
Sekitar awal Bulan Mei 1973, dibentuklah suatu badan federasi Taekwondo sedunia yang bernama World Taekwondo Federation (WTF) yang berpusat di Kukkiwon, Seoul Korea Selatan dengan presiden federasinya Un Yong Kim.
Untuk pertama kalinya pula, WTF mengadakan Kejuaraan Dunia I Taekwondo di Seoul pada tanggal 25 – 27 Mei 1973 yang diikuti 18 negara.
Akhirnya pada tanggal 17 Juli 1980, Panitia Olimpiade Internasional/IOC (International Olympiade Committee) mengakui dan menerima Taekwondo sebagai salah satu cabang olahraga resmi olimpiade yang berada di bawah naungan WTF. Un Yong Kim sendiri ditunjuk sebagai salah satu pengurus IOC ketika itu. Namun kini Presiden WTF digantikan oleh Dr Woon Kyu Uhm.
SEJARAH TAEKWONDO DI INDONESIA
Pada Bulan Mei 1972 beberapa mahasiswa Indonesia yang pernah belajar Taekwondo di Jerman Barat, dalam waktu liburannya kembali ke Indonesia mereka mencari Perguruan Taekwondo di Jakarta untuk melanjutkan latihan bersama. Secara kebetulan terdapat seorang pemegang sabuk hitam Taekwondo datang dari Belanda bernama Mouritsz Dominggus (warga Indonesia asal Ambon) telah membuka Perguruan Taekwondo di Tanjung Priok. Mengingat pada masa itu ilmu beladiri Karate jauh lebih populer hingga perkembangan Taekwondo sulit bergerak, maka Mouritsz Dominggus mengatur strategi menggabungkan diri ke dalam Perguruan Karate PERKINO yang dipimpin oleh Harry Tomatala. Dari kombinasi kedua sistem beladiri ini menghasilkan Perguruan KATAEDO (Karate Taekwondo).
Atas bantuan salah seorang orangtua murid KATAEDO bernama Sinshe Yusuf serta atas kerjasama dengan Prof Kim Ki Ha (Ketua Asosiasi Korea di Indonesia), KATAEDO berhasil menarik perhatian Kedutaan Besar Korea Selatan di Jakarta. Atas anjuran dari pemerintah Korea Selatan agar unsur Karate dihilangkan demi kemurnian Taekwondo, maka pada tanggal 15 Juli 1974 terbentuklah Institut Taekwondo Indonesia (INTIDO) dimana Prof Kim Ki Ha sebagai penasehatnya. Atas nasehat beliau, Pengurus INTIDO dipertemukan dengan DutaBesar Korea Selatan dan atas bantuannya, Prof Kim Ki Ha di utus ke Korea Selatan untuk mengikuti Sidang Umum II WTF pada tanggal 27 Agustus 1975 di Seoul. Beliaulah yang memperjuangkan INTIDO untuk dapat diterima menjadi anggota WTF.Untuk memenuhi persyaratan WTF, maka INTIDO diubah menjadi Federasi Taekwondo Indonesia (FTI) dengan ketua umumnya Marsekal Muda Sugiri. Atas saran beliau demi meningkatkan mutu dan prestasi Taekwondo di Indonesia, maka WTF mengutus seorang pelatih bernama Kim Yeong Tae (DAN V) seorang mantan Juara Dunia Kelas Berat.
Sehingga pada tanggal 17 Juni 1976, FTI resmi menjadi anggota WTF.
Dalam sejarah perkembangan Taekwondo di Indonesia, terdapat 2 organisasi Taekwondo yaitu FTI dan PTI (Persatuan Taekwondo Indonesia).
Pada tanggal 28 Maret 1981 telah terjadi sejarah baru bagi dunia Taekwondo Indonesia. Pada saat itu telah diadakan Musyawarah Nasional I yang diikuti oleh 2 organisasi beladiri Taekwondo di Indonesia dimana FTI dipimpin Marsda Sugiri dan PTI dipimpin Letjen Leo Lopulisa. Dari musyawarah itu telah menghasilkan suatu kepengurusan baru yaitu telah disatukannya 2 organisasi tersebut menjadi satu induk organisasi Taekwondo yang hanya diakui oleh WTF dan KONI yaitu Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) hingga sekarang yang mana ketua umumnya adalah Bapak Sarwo Edhie Wibowo dengan pelindung langsung dari Ketua KONI Pusat Bapak Surono.
Di bawah kepimimpinan beliau, Taekwondo di Indonesia berkembang pesat. Terbukti dalam waktu singkat telah memiliki Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang di seluruh Provinsi di Indonesia. Sehingga berbagai prestasi dan kualitas dapat tercapai baik dalam event nasional maupun internasional.
Saat ini Ketua Umum PBTI telah dipegang 4 kali hingga sekarang yaitu :
a. Bpk Jend. TNI AD (Purn) Sarwo Edhie Wibowo
b. Bpk Letjend. TNI AD (Purn) Harsudiyono Hartas
c. Bpk Mayjen TNI Mar Suharto
d. Bpk Letjen TNI AD Erwin Sudjono, SH (tahun 2007 hingga sekarang)
SEJARAH PERKEMBANGAN PERGURUAN TAEKWONDO TETA
Sesungguhnya PBTI didirikan untuk mewadahi berbagai Perguruan Taekwondo yang dirintis dan dikelola beberapa Pelatih Taekwondo asal Indonesia yang mengembangkan Taekwondo di Indonesia. Salah satu pelatih Taekwondo bernama Hadi Sugianto (sekarang DAN VI) sejak tahun 1973 mengembangkan Taekwondo di kawasan Jelambar, Jakarta Barat. Salah satu siswanya bernama Bimoadji (sekarang DAN IV) bersama siswa-siswa yang lain mendirikan perguruan Taekwondo baru untuk lebih mengembangkan prestasi Taekwondo di bawah naungan organisasinya Hadi Sugianto yaitu Hadi’s Taekwondo Association (HASTA) yang didirikan sekitar tahun 1982.
Bimoadji sendiri mendirikan perguruan Taekwondo setelah atas saran dari Sabeumnim (Guru) Hadi Sugianto karena menurut penilaian beliau Bimoadji dirasakan sudah layak mengembangkan Taekwondo setelah selain berguru kepadanya dan juga kepada beberapa pelatih lain yaitu Hasan Johan (sekarang DAN V), Tatuhay (DAN I) dan Master/Sabeumnim Hanny Lim (DAN VII) dari Korea yang juga direkomendasikan oleh Hadi Sugianto. Akhirnya pada tanggal 4 Maret 1988, Sabeumnim Bimoadji mendirikan perguruan Taekwondo bernama TETA Club. Seiring dengan semakin berkembangnya kualitas, kuantitas dan prestasi yang diraih TETA Club dan bertambahnya lulusan TETA Club yang membuka perguruan baru lagi, Sabeumnim Bimoadji merasakan unsur club harus dihilangkan dan harus kembali kepada lembaga beladiri yang lebih berbobot lagi. Maka TETA Club sejak tahun 1998 berubah menjadi Perguruan Taekwondo TETA.
Perguruan Taekwondo TETA sejak awal didirikan tahun 1988 telah menetapkan komitmennya untuk mengembangkan ilmu beladiri Taekwondo secara murni dan memegang teguh disiplin dan sportivitas yang tinggi agar para siswa yang belajar dapat meraih prestasi yang luas tidak saja di lingkungan Taekwondo tetapi juga di masyarakat luas melalui budi pekerti, disiplin dan ketrampilan yang ditanamkan oleh Perguruan Taekwondo TETA. Kini Perguruan Taekwondo TETA memiliki 4 Divisi yang dapat memaksimalkan pengembangan ilmu beladiri Taekwondo yaitu :
- Divisi TETA Taekwondo School : sekolah Taekwondo
- Divisi TETA Special Course : pelatihan Taekwondo singkat
- Divisi Indonesia Taekwondo Event Organizer : penyelenggara acara Taekwondo
- Divisi International Taekwondo Trip : tour pelatihan Taekwondo ke Korea/LN
(Semua dari nara sumber : Taekwondo, Jun Won Publication 1986, Arsip PBTI, Arsip Perguruan Taekwondo TETA)